TRAGEDI SAMPANG DILIHAT DARI BERBAGAI PERSPEKTIF.
Tragedi penyerangan dan pembakaran jilid II (jilid I terjadi pada awal tahun 2012) yang dilakukan oleh warga Nahdiyin-meminjam pendapatnya Mahfud MD, terhadap warga syiah di Karang Gayam Omben Sampang Madura haruslah dilihat dari berbagai perspektif. Kejadian itu merupakan ekses-meminjam istilah MUI, dari berbagai peristiwa yang berkelindan diwilayah tersebut, baik ia dari persoalan keluarga, sosial ekonomi, hingga pada dimensi keyakinan dalam beragama.
Penyebab terjadinya tragedi sampang itu harus dilihat dari berbagai perspektif, tidak dipotong-potong (seperti diarahkan kepada kasus kriminalitas murni, sehingga polisi merasa perlu mengangkat "tokoh" alias kambing hitam untuk diproses secara hukum yang pada akhirnya dilegitimasi sebagai tersangka) tetapi kasus sampang itu harus dilihat dari berbagai perspektif, sehingga cara penyelesaiannya bisa dilakukan secara maksimal dan tidak sepotong-sepotong.
Jika penyelesaian kasus sampang hanya berdasarkan "kekuatan hukum" (sebagai implementasi dari setting issue) maka kasus Sampang itu hanya akan menjadi bom waktu yang suatu waktu dalam kondisi tertentu bisa meledak dan lebih hebat dari apa yang terjadi hari ini.
Akan tetapi jika kasus Sampang dilihat dari berbagai sudut pandang, maka akan banyak solusi yang bisa dilakukan untuk memulihkan "tragedi Sampang", sebab perbaikan-perbaikan akan secara beruntun dilakukan dari berbagai sudut sehingga persoalan itu tuntas hingga keakar-akarnya.
Berikut adalah temuan Indecs (Instiute For Education and Culture Studies) Pamekasan terkait problem yang menyulut terjadi peristiwa sampang.
1. Masalah Ekonomi; kondisi perekonomian masyarakat desa karang gayam omben Sampang berada dalam kondisi terbatas, sebab penghasilan utama masyarakat sekitar adalah dari pertanian. Keterbatasan ekonomi berdampak pada situasi yang lain misalnya; dengan perekonomian yang terbatas masyarakat akan sulit mengakses pendidikan yang berkualitas, sehingga mereka hidup dalam kondisi awam, ke-awam-an ini akan berdampak pada pola pikir masyarakat yang cendrung fanatik terhadap suatu keyakinan.
2. Masalah pendidikan; Masyarakat minim akses pendidikan yang berkualitas, sehingga mereka berada dalam kondisi awam.
3. Dakwah yang kurang efektif; Pada umumnya di Desa-desa dakwah (pencerahan keagamaan) sangat minim. media pencerahan keagamaan kurang diefektifkan, misalnya khotbah jumat masih menggunakan bahasa arab, padahal masyarakat hanya bisa berbahasa madura. media-media yang ada masih hanya berbentuk ritual-ritual, bukan penkajian/pendalaman ilmu keagamaan.
4. Tidak berfungsinya kementerian agama; Kementerian agama yang semestinya menjadi jembatan penyelesaian-penyelesaian sengketa kegamaan ( bagian penyuluh agama). kementerian agama semestinya menjadi lokomotor pencerahan umat sebab ia memiliki kekuatan berupa program, pendanaan dan sebagainya, tetapi peran itu kurang dimainkan secara maksimal sehingga hilangnya peran kementerian agama juga menjadi bagian terpenting meletusnya tragedi sampang.
dirangkum oleh : Azis Maulana (Sekjend Indecs Pamekasan)