Perubahan Paradigma Guru Lebih Penting daripada Mengubah Kurikulum!
Pemerhati pendidikan dari Komunitas Katolik dan Protestan Peduli Pendidikan Indonesia (K2P3I), Romo Mardiatmadja, mengatakan, selama ini guru hanya sebagai mentor atau pendamping murid dalam proses belajar mengajar di kelas. Seharusnya, selain sebagai pengajar, guru juga dapat bertindak sebagai teman berkomunikasi bagi murid.
"Konsep pendidikan yang integratif didasari oleh filosofi pendidikan yang memerdekakan peserta didik untuk mampu mengeksplorasi, kreatif, dan menjadi dirinya sendiri. Membutuhkan sebuah proses menjadi manusia yang merdeka," ujar Romo Mardiatmadja usai jumpa pers di kantor Konferensi Wali Gereja Indonesia (KWI), Cikini Jakarta Pusat (Senin, 8/4).
Dalam kaitan dengan itu, lanjutnya, dibutuhkan perubahan paradigma guru sebagai teman, rekan, partner dalam proses belajar. Bukan sebagai pawang atau mentor belaka.
"Kami memandang bahwa saat ini perubahan paradigma guru lebih prioritas dibandingkan perubahan kurikulum," kata Romo Mardiatmadja.
Dia menambahkan, daripada anggaran sebesar Rp 2,49 triliun digelontorkan untuk perubahan kurikulum yang dibuat tergesa-gesa lebih baik dialokasikan untuk pengadaan pusat-pusat pelatihan guru. Agar guru memiliki perubahan paradigma yang signifikan dalam mengajar.
"Tanpa perubahan paradigma, perubahan kurikulum tidak ada artinya. Dan, hanya sekedar menghabiskan anggaran negara," tegas Romo Mardiatmadja yang juga pengajar di Sekolah Tinggi Filsafat (STF) Driyarkara Jakarta. [rmol.co]
![](https://lh4.googleusercontent.com/-uA5WeOHlr8c/UDhfGlodu8I/AAAAAAAAAFE/EXdyfGNIdN4/s146/indecsonline.png)