Ngintip Rumah Anas Urbaningrum Yang Jadi Markas PPI
itu. Apa saja kegiatannya? Yuk kita intip.
Yadi, petugas keamanan berjaga di pos berukuran 1 x 1 meter yang berada di bagian dalam kediaman Anas yang megah, Selasa siang. Sudah dua tahun lebih pria berkulit cokelat itu menjaga rumah ini. Ia juga akan membuka gerbang bila si empunya hendak pergi atau bila ada tamu datang.
Warga Duren Sawit itu mengatakan, sejak PPI dideklarasikan banyak orang datang ke rumah Anas. Para tamu datang saat jam makan malam.
"Semalam (Senin-red), datang dari Krapyak, Yogyakarta. Kemarin dari PBNU juga datang. Semuanya saya catat di buku tamu. Nanti dilaporin ke sekretariatan," papar Yadi sembari menunjuk meja satpam di sisi kiri pintu masuk. Di atas meja itu ada buku besar untuk mencatat siapa saja tamu yang berkunjung ke rumah bekas Ketua Umum Partai Demokrat itu.
Minggu, (15/9), bertepatan dengan pengenalan 11 peserta konvensi calon presiden Partai Demokrat, Anas mendeklarasikan berdirinya PPI di kediamannya. Halaman parkir seluas lapangan bulutangkis di rumahnya tak dapat menampung orang datang untuk menyaksikan acara itu.
Lewat televisi layar cembung 14 inci, mereka yang tak bisa masuk ke dalam menyaksikan prosesi deklarasi.
Anas yang berstatus tersangka kasus korupsi proyek Hambalang itu menegaskan, PPI dibentuk sebagai wadah bagi masyarakat untuk membangun Indonesia yang lebih baik.
"Ini milik bersama dan akan kita besarkan bersama-sama, Insya Allah akan kita rawat bersama. Tidak boleh ada klaim properti pribadi, klaim kelompok, dan klaim keluarga," kata Anas dalam pidatonya.
Deklarasi yang diselenggarakan di kediaman pribadi Anas Urbaningrum itu turut dihadiri beberapa tokoh. Di antaranya Ketua Komisi III DPR Gede Pasek Suardhika, anggota DPR Mirwan Amir, dan dua bekas kolega Anas di KPU dulu, Nazaruddin Sjamsuddin dan Mulyana W Kusuma. Nazaruddin dan Mulyana pernah dijerat Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dalam kasus korupsi di KPU.
"Saya yakin di depan ada ujian, ada tantangan, ada semuanya. Tetapi itu akan makin menguatkan diri kita dan akan menghadirkan pelajaran-pelajaran bagi kita," kata Anas.
"Anas bukan Perhimpunan Pergerakan Indonesia, Anas adalah bagian dari pergerakan Indonesia. Ini langkah awal, ini bukan apa-apa. Ini istilah lama yang lahir bersama proses revolusi. Ini baru langkah awal dan belum apa-apa," lanjut Anas.
Pemantauan Rakyat Merdeka, dua hari pasca deklarasi, kediaman Anas yang dijadikan sekretariat sementara PPI terlihat sepi. Pagar-pagar kayu setinggi dua meter menghalangi pandangan ke dalam. Dua bendera dipasang di tiang bambu yang ditancapkan di kanan dan kiri jalan menuju rumahnya.
Di bagian dalam, halaman parkir seluas 81 meter persegi disulap menjadi tempat berkumpul. Tenda semi permanen melindungi parkiran itu dari terik panas dan hujan. Di sisi kiri parkiran, terdapat sebuah spanduk besar berukuran 2x13 meter. Di spanduk itu, terpampang lambang PPI dengan tulisan: Bergerak..! Serentak..! Gerakan Kebangkitan Indonesia.
Sebuah pendopo model Joglo yang berada di sisi kiri tempat parkir juga terpampang lambang PPI. Menurut Yadi, para simpatisan kerap berkumpul di sini sampai larut malam.
Jay, seorang simpatisan yang tengah memasang atribut PPI itu mengakui, ormas ini belum memiliki sekretariat. Kata dia, ruangan yang berada di sisi kanan tempat parkir akan dipakai untuk sekretariat. Selama ini ruangan itu dipakai untuk menerima tamu. Di situ hanya ada kursi tanpa meja.
"Masih tahap desain. Belum ada ruangan kantor. Alat-alat kantor seperti komputer juga belum," papar pria berkulit bersih itu.
Azan Ashar berkumandang. Tak ada aktivitas pengikut PPI di sini. Lima satpam berjaga-jaga di dalam. Televisi layar cembung 14 inci menjadi sarana hiburan bagi mereka melewati hari. Pintu pagar yang tertutup, membuat kediaman ini terlihat sedikit gelap.
Tidak lama berselang, datang aktivis Nahdlatul Ulama Pasuruan-Jawa Timur, Subki Balya. Ia mengaku loyalis Anas. Pria berkaca mata itu mengatakan, setiap hari datang ke sini. Walaupun sudah dideklarasikan, PPI belum memiliki pengurus pusat.
Menurut dia, tak lama lagi kepengurusan akan dibentuk. Begitu di daerah-daerah. Para loyalis Anas, kata Subki, siap membentuk cabang di Sulawesi dan Jawa. "Kami fokus pada gerakan kebudayaan. Belum sampai ngomongin Pemilu 2014," ujarnya.
Apa saja kegiatan yang dilakukan ormas ini? Subki bilang, saat ini hanya sebatas diskusi-diskusi di pendopo pada malam hari. Sambil lesehan, loyalis Anas berdiskusi soal perkembangan politik belakangan ini.
"Coba datang malam. Pasti ramai. Biasanya, kalau ada yang dapat rezeki suka traktir (makan) bebek," ajaknya.
Hingga pukul 4 sore, suasana sepi menyelimuti halaman rumah Anas. Empunya rumah sedang keluar. Suara gemericik air di kolam membuat betah berlama-lama di pendopo yang tak disediakan kursi ini. (rmol.co)
![](https://lh4.googleusercontent.com/-uA5WeOHlr8c/UDhfGlodu8I/AAAAAAAAAFE/EXdyfGNIdN4/s146/indecsonline.png)