Kanwil Kemenag Jatim Bakal Gelar Training Menghafal al-Quran
dekat akan menggelar Pelatihan menghafal al-Quran bagi guru-guru agama
dilingkungan Kanwil Kemenag Jatim.
"Insya Allah kami laksanakan tiga hari, di Hotel Utami Surabaya" kata
Ali Wafi, Kasi Urais Kanwil Kemenag Jatim melalui sambungan telepon
mengiyakan, Selasa (27/05).
Ia menjelaskan, pelatihan menghafal al-Quran itu digelar dalam rangka
meningkatkan pemahaman guru dilingkungan Kemenag terhadap al-Quran
yang merupakan kitab sucinya umat Islam
Selain motivasi menghafal al-Quran peserta akan disuguhi pelatihan
manajemen diri, tujuannya untuk menambah produktifitas guru dimasa
mendatang.
Dalam rangka mengsukseskan acara itu, Kanwil Kemenag Jatim menggandeng
Pengasuh Ma'had Rumah Quran Mulia Jakarta, KH. Moh. Nurul Anwar untuk
menjadi mentor pada kegiatan tersebut.
Jumlah peserta yang akan mengikuti acara itu sekitar seratus orang
utusan Kemenag se-Jatim.
"Mohon doa dan dukungannya, semoga acara ini sukses dan berkah"
Pungkasnya. (Zis)
18.59 | Posted in | Read More »
Kesadaran Masyarakat Masih Dipertanyakan
untuk tempat istirahat setelah menempuh perjalanan jauh. Namun, hal
itu sepertinya belum memenuhi harapan.
Di rest area baru sekitar tol sidoarjo, rest area tanpak kurang sehat,
pasalnya, diarea lahan parkir berserakan sampah-sampah plastik, tissu,
bungkus makanan dan minuman ringan dan sejenisnya.
"Sepertinya kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kebersihan
lingkungan masih dipertanyakan, sampah bertebar disana sini, padahal
ada tempat sampahnya" Tutur Moh Naufal, seorang pengguna rest area
warga asal Pamekasan Madura yang hendak menuju Malang ini, Rabu
(28/05) dini hari.
Menurut Naufal, semestinya masyarakat membuang sampah pada tempatnya
sehingga tidak mengotori tempat istirahat yang digunakan banyak orang
"Disini kan tempat istirahatnya orang banyak, setelah mereka lelah
menempuh perjalanan panjang dan ingin rehat meski sejenak" Jelasnya.
Seorang pengunjung lainnya Rahman asal Gersik juga merasa risih dengan
banyaknya sampah yang bertebaran dia rest area itu. Ia bahkan menduga
cleaning service masih belum bersihkan
"Mungkin cleaning service tidak ada sift malam, tapi mestinya tidak
bergantung ke mereka dong, kalau disediakan tempat sampah, kita
berbaik hati buang sampah pada tempatnya, niat menyenangkan orang.
kalau bersih kan orang senang" pungkasnya.
Perlu diketahui, Rabu dini hari, banyak sampah bertebaran di rest area
baru tol wilayah Sidoarjo, terutama didepan waralaba alfamart,
indomaret dan donkin doonat. (Zis)
11.35 | Posted in | Read More »
MTs Mansyaul Ulum Gelar Peringatan Insra' Mikraj
Kabupaten Pamekasan Jawa Timur, Selasa (27/05) menggelar forum cerdas
dalam rangka memperingati Isra' Mikraj Nabi Muhammad Saw di aula MTs
Mansyaul Ulum. Peserta kegiatan itu adalah anggota osis dan seluruh
siswa MTs diwilayah itu.
Isra' Mikraj adalah peristiwa luar biasa bagi umat Islam sebab pada
malam Isra' Mikraj, Nabi Saw melakukan perjalanan malam dari makkah
(Saudi Arabia) hingga masjid al-Aqsa di Palestina. Dari masjid itu
Nabi Saw melakukan Mikraj (naik) kelangit tujuh (sidratul muntaha)
untuk 'menemui' Sang Pencipta untuk menerima perintah shalat yang
menjadi kewajiban bagi umat Islam.
Kepala MTs Mansyaul Ulum K. Moh. Dannur, M.Pdi dalam sambutannya
menyampaikan bahwa acara peringatan Isra' Mikraj itu bukan hanya
sekedar mengingat perjalanan malamnya Nabinya umat Islam, tetapi juga
forum cerdas, untuk mentauladani semangat dan dedikasi kehidupan Nabi
Saw sebagai pemimpin umat, pemimpin bangsa, pemimpin keluarga dan
sahabat bagi umat Islam.
"kami berharap peringatan Nabi Saw yang dikemas dengan forum cerdas
ini menjadi momentum bagi kita semua untuk meneladani ahlak beliau"
ungkapnya.
Turut serta sebagai motivator pada kegiatan itu Azis Ashari, MHI
merupakan mantan aktifis Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) cabang
Pamekasan yang saat ini menjadi ketua umum Himpunan Pengusaha Muda
Indonesia (BPC-HIPMI) Pamekasan. Pembicara lain yang momotivasi
kegiatan itu adalah K. Ainul Yakin
tokoh dan guru didaerah setempat.
23.51 | Posted in | Read More »
Kontinuitas Beramal
Nabi SAW bersabda, "Lakukanlah (amalan) menurut kemampuanmu. Demi Allah, Dia tidak merasa bosan sehingga kamu sendiri yang bosan. Amalan agama yang paling disukai Allah SWT adalah yang dilakukan oleh pelakunya secara berkelanjutan.'' (HR Bukhari).
Dalam hadis di atas, Rasulullah SAW mengingatkan amalan paling baik dan disukai Allah SWT adalah amalan yang dilakukan secara kontinu. Bukan amalan yang besar atau yang kecil. Amalan kecil bila kontinu lebih baik daripada amalan besar namun dilakukan hanya sekali.
Amalan kecil dilakukan secara terus-menerus maka dalam pandangan Allah SWT amalan itu menjadi besar. Sebaliknya, kesalahan (maksiat) yang kecil dilakukan secara terus-menerus, lambat laun menjadi besar sehingga menumpuklah dosa kita.
Rasulullah SAW bersabda, ''Tidak ada dosa kecil apabila dilakukan secara terus-menerus.'' Artinya dosa kecil yang kontinu akan menjadi dosa besar. Karena itu, melakukan shalat Dhuha dua rakaat setiap pagi lebih baik daripada 12 rakaat cuma sekali.
Menunaikan Tahajud dua rakaat setiap malam lebih baik daripada 13 rakaat beserta witirnya namun cuma sekali.
Begitu pun membaca Alquran satu ayat setiap hari lebih baik daripada membaca beberapa ayat tapi cuma sekali (hal ini biasanya dilakukan hanya di bulan Ramadhan).
Bersedekah Rp 1.000 setiap hari lebih baik dibandingkan bersedekah Rp 100 ribu tetapi hanya sekali. Rasulullah SAW tidak menekankan jumlah rakaat, berapa ayat, dan berapa rupiah melainkan kontinuitas beramal yang baginda inginkan.
Dalam beribadah, Rasulullah SAW mengajarkan kepada umatnya agar melakukannya sekuat tenaga dan semampu kita.
Dalam hal ini Allah SWT berfirman, "Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.'' (QS Al-Baqarah:286).
Dan Nabi SAW bersabda, ''Kerjakan amal perbuatan sekuat tenagamu, Allah tidak jemu menerima dan memberi sehingga kamu jemu beramal, dan shalat yang disukai adalah yang dikerjakan terus-menerus meskipun sedikit.'' (HR Bukhari-Muslim).
Untuk menjalankan suatu amalan, harus didasari kesabaran dan keyakinan. Tanpa hal tersebut, sulit untuk membiasakan amalan (ibadah). Sebab kesabaran dan keyakinan melahirkan semangat sehingga dalam keadaan apapun kita terus beribadah.
penulis : Pudji Dwi Setiawati
sumber : republika
05.33 | Posted in | Read More »
Bank Syariah Bukopin MoU Dengan Empat Usaha Muhammadiyah
TRIBUNNEWS.COM. SAMARINDA - PT Bank Syariah Bukopin (BSB) melakukan penandatanganan MOU dengan 4 (empat) Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) tentang Layanan Pembayaran Keuangan Siswa dan Mahasiswa.
Keempat AUM tersebut adalah SD Muhammadiyah I Samarinda yang diwakili oleh Kepala Sekolah SD Muhammadiyah I Samarinda, Suwandi, S.Pd; SMP Muhammadiyah I Samarinda yang diwakili oleh Kepala Sekolah SMP Muhammadiyah I Samarinda Drs.M.Jafron., M.Si; SMK Muhammadiyah I Samarinda yang diwakili oleh Kepala Sekolah SMK Muhammadiyah I Samarinda Drs. Susiyati; dan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah (STIKES) Samarinda yang diwakili oleh Ketua STIKES Samarinda Ghozali MH,M.Kes dan BSB diwakili oleh Eriandi.
Penandatanganan ini bertujuan untuk meningkatkan kerja sama kedua belah pihak secara berkesinambungan dalam penggunaan produk dan jasa layanan perbankan dalam rangka mempermudah pelayanan pembayaran keuangan siswa dan mahasiswa dilingkungan sekolah maupun kampus "Semoga penandatanganan kerjasama akan terjalin sinergi antara BSB dengan AUM apalagi bertepatan dengan momentum Tanwir Muhammadiyah Tahun 2014 di Samarinda," ujar Eriandi, Direktur BSB usai acara penandatanganan MOU di Panggung Bazaar Tanwir Muhammadiyah di Samarinda.
Eriandi melanjutkan, BSB ingin menciptakan hubungan erat dengan AUM khususnya dan mitra kami di Samarinda serta meningkatkan penggunaan produk dan jasa bank di kalangan AUM. BSB akan terus mengali potensi pembiayaan dan penyimpanan dana pihak ketiga serta membuat program khusus untuk eksistensi dan potensi AUM sebagai asset Persyarikatan Muhammadiyah yang banyak tersebar di beberapa wilayah Indonesia.
Pada kesempatan yang sama Pemimpin Cabang BSB Samarinda Nuzulul Khaq mengatakan dalam acara Bazaar Tanwir Muhammadiyah BSB membuka stan dan menawarkan program menarik kepada pengunjung dengan target yang dibidik adalah account atau nasabah baru dalam pembukaan tabungan hingga transaksi pembiayaan. "Bagi penabung yang datang dapat langsung menerima tabungan dan ATM-nya, serta berlimpah hadiahnya. Stan BSB akan dibuka selama 5 (lima) hari dari tanggal 21 – 25 Mei 2014 di Gor Segiri Samarinda," ujar Nuzul.
Produk dan jasa perbankan berbasis syariah yang ditawarkan adalah, pertama, produk penghimpunan dana, terdiri dari Tabungan Tabungan iB SiAga, Tabungan iB Bisnis, Tabungan iB Rencana, TabunganKu iB, Tabungan iB Haji, Deposito iB, dan Giro iB. Kedua, produk penyaluran dana, yakni Pembiayaan Jasa Kontruksi/Properti, Transportasi, Kesehatan, Migas, Pendidikan, Perdagangan, dan Koperasi K3A. Ketiga produk pembiayaan konsumen (KPR/KPA, KPM, dan Pembiayaan iB SiAga Emas). Keempat layanan produk jasa yang terdiri dari ATM, Save Deposit Box, Transfer, Kliring, Inkaso, Bank Garansi, Cash Management, PPOB, dan Wakaf Uang.
sumber: tribunnews
20.24 | Posted in | Read More »
PENGURUS BARU FKI HMI STAIN PAMEKASAN DILANTIK
19.57 | Posted in | Read More »
Gugurnya Iman
Oleh: KH Athian Ali Dai
Dalam pandangan Allah SWT, manusia itu pada dasarnya hanya terbagi kepada dua golongan, yakni Mukmin dan kafir. Hal tersebut telah ditegaskan-Nya di dalam Alquran.
“Dan katakanlah: ‘Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir.’ Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang orang zalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka,” (QS al Kahfi [18]: 29).
Jika kemudian golongan Mukmin mempunyai beberapa tingkatan, seperti Muslim, Mukhlis, Muhsin, dan Muttaqin, maka golongan kafir pun demikian. Mereka memiliki banyak varian. Sebut saja mulhid (ateis), musyrik (penyekutu Allah), dan munafik (pura-pura beriman).
Lalu bagaimana halnya dengan orang yang hanya mengimani Allah pada sebagian urusan, sedangkan pada sebagaian urusan lainnya dia mengingkari-Nya? Dalam padangan Allah, orang semacam ini tetap masuk dalam golongan kafir.
Jadi, tidak ada istilahnya orang setengah Mukmin dan setengah kafir. Kalau tidak Mukmin, maka dia adalah kafir.
Pembaca tentu masih ingat kisah tentang Iblis. Siapa yang berani meragukan keimanan makhluk yang satu ini? Dia pernah berjumpa dan berdialog langsung dengan Allah SWT. Dia tahu betul Allah itu tidak mempunyai anak.
Dia juga mengakui Allah sebagai satu-satunya Tuhan yang layak disembah. Bahkan menurut Imam al-Ghazali, sebelum kemunculan Adam AS, Iblis sudah hidup dalam keimanan selama 80 ribu tahun.
Lalu mengapa Allah kemudian melaknat Iblis? Itu hanya karena dia menolak satu aturan Tuhan. Dia tidak mau mengakui kemuliaan yang diberikan Allah kepada Adam. Pada poin tersebut, Iblis menilai Allah telah salah menempatkan dirinya di bawah manusia.
Itulah yang menjadikan Iblis kafir di mata Allah. Meskipun dia tetap mengakui Allah sebagai Tuhan yang menciptakan alam semesta, namun keimanannya telah digugurkan oleh keangkuhannya. Kelak, ia kekal berada di neraka. Naudzublillaahi min dzaalik.
Kisah Iblis di atas secara jelas menunjukkan kepada kita bahwa mengimani Allah tidak boleh sepotong-sepotong. Seperti yang terjadi pada Ahmadiyah misalnya. Di satu sisi mereka percaya dengan keesaan Allah, namun di sisi lainnya mereka mengingkari ayat Allah yang menyatakan Muhammad SAW adalah nabi dan rasul terakhir.
Begitu pula halnya dengan kaum Syiah. Mereka mengaku beriman kepada Allah dan Nabi Muhammad. Namun, mereka justru mengingkari Alquran sebagai kitab suci yang kesuciannya selalu dijaga oleh Allah SWT.
Pengingkaran-pengingkaran semacam itu tentu saja secara otomatis telah menggugurkan keimanan mereka kepada Allah SWT. Tiket menuju surga yang seharusnya sudah mereka miliki (dengan bersyahadat), menjadi tidak berlaku lagi. Dengan kata lain, mereka berada di luar golongan orang-orang Mukmin.
sumber: republika
02.15 | Posted in Dunia Islam, Inspirasi | Read More »
Jumlah Malaikat Yang Menyertai Setiap Orang
Malaikat yang mulia menemani bani Adam sejak awal penciptaan mereka pada perut ibu mereka sampai ruh mereka dicabut dari jasad mereka ketika ajalnya tiba. Malaikat juga akan menemani mereka pada alam kubur dan negeri akherat.
Adapun kebersamaan mereka di dunia adalah sebagai berikut:
Pertama:
Mereka berdiri di sisi anak Adam pada awal penciptaannya. Dari Anas bin Malik bahwa Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda:
وكَّل الله بالرحم ملَكاً ، فيقول : أي رب نطفة ؟ أي رب علقة ؟ أي رب مضغة ؟ فإذا أراد الله أن يقضي خلقها قال : أي رب ذكر أم أنثى ؟ أشقي أم سعيد ؟ فما الرزق ؟ فما الأجل ؟ فيكتب كذلك في بطن أمه . رواه البخاري ( 6595 ) ومسلم ( 2646 ) واللفظ للبخاري .
Allah mengutus pada setiap rahim seorang malaikat, seraya berkata: Ya Allah, nutfah(air mani) ?, Ya Allah ‘Alaqah (segumpal darah)?, Ya Allah Mudhghah (sekerat daging)?, dan jika Allah ingin menyempurnakan penciptaan-Nya, malaikat tadi berkata: Ya Allah laki-laki atau perempuan ?, Sengsara atau bahagia ?, Berapa rizekinya ?, Kapan ajalnya ?, maka ia menulis hal tersebut di dalam perut ibunya”. (HR.Bukhori 6595 dan Muslim 2646, redaksi hadits di atas milik Bukhori)
Kedua: Menjaga anak cucu Adam.
سَوَاء مِّنكُم مَّنْ أَسَرَّ الْقَوْلَ وَمَن جَهَرَ بِهِ وَمَنْ هُوَ مُسْتَخْفٍ بِاللَّيْلِ وَسَارِبٌ بِالنَّهَارِ ﴿١٠﴾ لَهُ مُعَقِّبَاتٌ مِّن بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ يَحْفَظُونَهُ مِنْ أَمْرِ اللّهِ [ الرعد/10-11] .
“Sama saja (bagi Tuhan), siapa di antaramu yang merahasiakan ucapannya, dan siapa yang berterus-terang dengan ucapan itu, dan siapa yang bersembunyi di malam hari dan yang berjalan (menampakkan diri) di siang hari. Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah”. (QS. Ar Ra’du: 10-11)
Turjumanul Qur’an Ibnu Abbas –radhiyallahu ‘anhuma- telah menjelaskan bahwa yang selalu mengikuti anak Adam secara bergiliran adalah malaikat-malaikat, untuk menjaga manusia dari depan dan belakang. Apabila bertepatan dengan takdir Allah yang telah ditetapkan kepadanya dari kejadian, musibah dan lain-lain, maka malaikat tersebut berlepas diri.
Mujahid berkata: “Tidaklah setiap orang kecuali ada satu malaikat yang diutus untuk menjaganya dari gangguan jin, manusia atau binatang, baik ketika tidur maupun terjaga. Tidaklah ada sesuatu yang mendatanginya kecuali malaikat penjaga akan berkata: “di belakangmu !?”. kecuali memang Allah izinkan, maka bahaya itu akan menimpanya.
Seseorang pernah berkata kepada Ali bin Abi Thalib –radhiyallahu ‘anhu-: “Sungguh ada sekelompok orang dari Murad ingin membunuhmu !”, beliau menjawab: “Sungguh setiap orang selalu bersamanya dua malaikat yang akan menjaganya selama belum ditakdirkan, namun jika bersamaan dengan takdir maka keduanya berlepas diri, sesungguhnya ajal itu perisai yang tangguh”.
Malaikat yang mengikuti anak Adam secara bergiliran yang disebutkan dalam surat ar Ra’du itulah yang dimaksud pada ayat yang lain yang berbunyi:
{ وهو القاهر فوق عباده ويرسل عليكم حفظة حتى إذا جاء أحدكم الموت توفته رسلنا وهم لا يفرطون } .
“Dan Dialah yang mempunyai kekuasaan tertinggi di atas semua hamba-Nya, dan diutus-Nya kepadamu malaikat-malaikat penjaga, sehingga apabila datang kematian kepada salah seorang di antara kamu, ia diwafatkan oleh malaikat-malaikat Kami, dan malaikat-malaikat Kami itu tidak melalaikan kewajibannya”. (QS. Al An’am: 61)
Para malaikat penjaga yang Allah utus untuk menjaga hamba-Nya itu tugasnya sampai ajal yang dijaga tersebut tiba.
Ketiga: Para malaikat penulis kebaikan dan keburukan.
Tidak seorang pun dari anak Adam kecuali bersamanya dua malaikat yang bertugas menulis kebaikan atau keburukan dari masa kecil sampai dewasa, Allah –subhanahu wa ta’ala- berfirman:
{ وإن عليكم لحافظين ، كراماً كاتبين ، يعلمون ما تفعلون } [ الانفطار/10 -12] .
“ Padahal sesungguhnya bagi kamu ada (malaikat-malaikat) yang mengawasi (pekerjaanmu), yang mulia (di sisi Allah) dan yang mencatat (pekerjaan-pekerjaanmu itu), mereka mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS. Al Infithar: 10-12)
Allah –ta’ala- juga berfirman pada ayat yang lain:
{ ولقد خلقنا الإنسان ونعلم ما توسوس به نفسه ونحن أقرب إليه من حبل الوريد ، إذ يتلقى المتلقيان عن اليمين وعن الشمال قعيد ، ما يلفظ من قول إلا لديه رقيب عتيد } [ق/16-18]
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya dari pada urat lehernya, (yaitu) ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri. Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir”. (QS. Qaff: 16-18)
Malaikat sebelah kanan untuk mencatat kebaikan, dan sebelah kiri tugasnya untuk mencatat keburukan.
Dari Abu Umamah bahwa Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda:
إن صاحب الشمال ليرفع القلم ست ساعات عن العبد المسلم المخطئ ، فإن ندم واستغفر الله منها ألقاها ، وإلا كتبت واحدة . رواه الطبراني في " المعجم الكبير " ( 8 / 158 ) .
“Sesungguhnya (malaikat) yang berada di sebelah kiri, ia akan mengangkat penanya enam jam bagi seorang muslim yang melakukan dosa, jika ia menyesal dan beristigfar kepada Allah maka ia menghapusnya, dan jika tidak maka tertulis satu kesalahan”. (HR. Thabrani dalam ‘al Mu’jamul Kabir’: 8/158)
Hadits di atas dishahihkan oleh Syeikh al Baani dalam Shahihul Jami’: 2/212
Setelah uraian di atas, maka kita bisa menyimpulkan bahwa jumlah malaikat yang ditugaskan pada setiap anak Adam adalah empat malaikat.
Ibnu Katsir –rahimahullah- berkata:
Firman Allah:
{ له معقبات من بين يديه ومن خلفه يحفظونه من أمر الله }
“Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah”. (QS. Ar Ra’du: 10-11)
Yaitu; bagi setiap hamba Allah ada malaikat yang bergantian untuk menjaganya pada siang dan malam hari, menjaganya dari segala keburukan dan musibah, sebagaimana malaikat yang lain juga bergantian pada siang dan malam untuk menulis perbuatan hamba tersebut, baik perbuatan baik atau yang buruk.
Dua malaikat di kiri dan kanan yang menulis semua perbuatan, sebelah kanan bertugas untuk menulis kebaikan, dan sebelah kiri untuk menulis keburukannya.
Dua malaikat yang lain bertugas untuk menjaganya, satu malaikat berada di depannya dan yang lain berada di belakangnya.
Jadi, seorang hamba selalu disisinya empat malaikat siang, dan empat malaikat malam. (Tafsir Ibnu Katsir: 2/504)
Wallahu a’lam
02.01 | Posted in Dunia Islam | Read More »
Mengikuti Aturan Allah
Oleh: KH Athian Ali Dai
Pada tulisan sebelumnya telah dipaparkan bahwa mengimani Allah tidak boleh sepotong-sepotong. Karena itu, seseorang baru bisa dikatakan beriman jika dia telah menerima semua aturan Allah sebagai kebenaran mutlak, tanpa pengecualian.
Pada zaman dahulu, Bani Israil telah menyaksikan langsung tanda-tanda kebenaran Allah SWT. Salah satunya adalah dengan mencicipi lezatnya hidangan surga yang diturunkan Allah ke bumi untuk mereka.
Bahkan, mereka pernah pula diizinkan untuk mendengarkan suara Allah tatkala berfirman kepada Nabi Musa AS.
Akan tetapi apa yang terjadi dengan Bani Israil? Mereka tetap saja ingkar kepada Allah. "Kami hanya akan mengikuti aturan-aturan Allah selama hal itu sejalan dengan hawa nafsu kami. Sementara, jika aturan itu bertentangan dengan nafsu kami, maka kami tidak bisa menerimanya," begitu kata mereka kepada Nabi Musa AS.
Hal ini membuat Allah murka, sehingga turunlah QS Al Baqarah ayat 85. "Apakah kamu beriman kepada sebagian Alkitab (Taurat) dan ingkar terhadap sebagian yang lain? Tiadalah balasan bagi orang yang berbuat demikian daripadamu, melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang berat. Allah tidak lengah dari apa yang kamu perbuat."
Penggalan ayat di atas secara tegas mengingatkan kepada kita bahwa mengimani Allah berarti menerima sepenuhnya aturan-aturan-Nya. Jika ada satu saja aturan Allah yang kita tolak kebenarannya, maka alamat kita telah keluar dari golongan orang-orang beriman. Naudzubillahi min dzalik.
Sebagai contoh, jika seorang Muslim yang meninggalkan shalat fardhu karena malas, tapi di dalam hati dan ucapannya tetap mengakui ibadah itu sebagai aturan yang benar, maka dia masih disebut orang yang beriman.
Kita tidak bisa menghukumnya sebagai orang kafir. Meskipun demikian, orang tersebut tentu saja akan menanggung dosa lantaran melanggar perintah Allah. Karena, sejatinya Muslim itu tidak boleh meninggalkan shalat.
Lain halnya dengan orang yang mengaku Muslim, tapi meninggalkan shalat fardhu karena menganggap perintah Allah itu tidak benar. Orang semacam ini sesungguhnya bukan bagian dari golongan Mukminin.
Begitu pula dengan mereka yang mengaku beriman, tapi secara terang-terangan malah menyangkal kebenaran aturan Allah yang terdapat di dalam Alquran dan Hadis. Orang-orang seperti ini jelas sesat dan menyesatkan.
Di Indonesia, jumlah kelompok pengusung paham menyimpang seperti mereka amatlah banyak jumlahnya. Karena itu, sebagai umat Muslim, kita mesti berhati-hati agar pemahaman mereka tidak merusak akidah kita.
sumber: republika
01.54 | Posted in Dunia Islam, Inspirasi | Read More »
Sertifikasi Akhlak, Gelar Ustaz & Dunia Instan
Buah dengan kulit yang indah pun, tidak terasa rasa manisnya ketika ternyata hasil proses “karbitan”. Memang sering kali hasil karbitan atau proses instan banyak lobang atau kopong di beberapa bagiannya. Dia tidak utuh secara hasil selayaknya buah ranum yang matang di pohonnya.
Begitu pula dengan akhlak, dia adalah hasil persemaian antara ilmu dan iman. Amal perbuatan adalah representasi dari akhlaknya. Penggodokan antara teori dan implementasinya. Diperlukan proses yang tidak instan.
Jika dilihat dari sudut etimologi, “akhlak” berasal dari kata jamak “khuluqun” yang menurut lughat diartikan adat kebiasaan (al-adat), perangai, tabi’at (al-sajiyyat), watak (al-thab), adab/sopan-santun (al-muru’at) dan agama (ad-din). Sedangkan kata “kholqun” yang berarti kejadian, erat hubungannya dengan “khaliq” (pencipta) dan “makhluq” (yang diciptakan).
Dapat dipahami juga bahwa akhlak ialah gambaran batin manusia yaitu cerminan jiwa dan sifat-sifatnya. Artinya, akhlak mencakup segala sesuatu hal yang akan tercermin dari perilaku kesehariannya baik akhlak terhadap Sang Khalik atau “hablum min Allah”, juga akhlak terhadap sesama makhluk “hablum minan naas”.
Yang menarik adalah menurut ulama akhlak adalah kemampuan jiwa untuk melahirkan sesuatu perbuatan secara spontan, tanpa pemikiran atau pemaksaan. Dikarenakan akhlak tersebutlah seseorang mampu melakukan hal baik atau sebaliknya, tanpa melalui proses pertimbangan akal dan emosi.
Jadi, apa yang biasa diingat atau dilakukan itulah yang spontan akan muncul. Dan perilaku spontan tersebut akan muncul dalam keseharian, lalu ketika menjadi kebiasaan maka dia akan membentuk kepribadian.
Menyambung fenomena gelar ustaz yang sekarang mencuat kepermukaan. Dimana gelar ustaz dahulu murni berasal dari pengakuan masyarakat yang disematkan bukan karena ilmu agamanya saja tetapi juga teladan akhlaknya. Dan pada saat zaman instan ini sering kali medialah yang berperan aktif dalam memberikan gelar tersebut.
Ya, dikarenakan industrialisasi dakwah bahkan dunia dakwah pun terseret kepada proses yang instan. Tidak mempersalahkan tetapi hanya mengingatkan media harus lebih berhati-hati dalam menyematkan gelar tersebut, dan sebaliknya seseorang yang telah diberi amanah gelar tersebut mesti lebih ekstra berhati-hati.
Namun, jika kemudian ada usulan untuk mensertifikasi gelar ustaz, sebagaimana dahulu ada usulan mensertifikasi gelar haji. Bisakah kita mensertifikasi akhlak? Memang standarisasi mesti ada, tapi ada rasa khawatir. Jangan-jangan akan muncul paket-paket kilat kursus akhlak bersertifikat.
Karena tidak ada yang lebih baik dari ustaz dengan jamaahnya, tidak lebih baik guru dengan muridnya, tidak juga pimpinan dan anak buahnya, direktur dan karyawannya, profesor dan mahasiswanya, presiden dan rakyatnya. Karena yang lebih baik disisi Allah adalah yang mengamalkan perintah Allah SWT (surah al-Mulk: 2). Semoga kita termasuk orang-orang yang mengamalkan perintah Allah. Amin.
Tidaklah lebih baik dari yang menulis ataupun yang membaca, karena yang lebih baik di sisi Allah adalah yang mengamalkannya.
01.53 | Posted in Dunia Islam | Read More »
Balas Dendam
Dilatarbelakangi kekalahan mereka dari kaum muslimin pada peperangan di Lembah Badar (17 Ramadhan 1 H), kaum Quraisy (Makkah) bersepakat membalas dendam.
Lalu, mereka menyiapkan pasukan berkekuatan sekitar 3.000 prajurit di bawah pimpinan Abu Sufyan bin Harb.
Setelah informasi tersebut diketahui Rasulullah SAW, tanpa membuang-buang waktu beliau berkonsolidasi dengan para sahabat untuk mencari jalan ke luar terbaik.
Dengan kekuatan sekitar 1.000 prajurit, Rasul berangkat ke Gunung Uhud menghadang musuh (pertengahan Syaban 2 H).
Kekalahan tersebut terasa sangat menyakitkan. Bukan saja karena banyaknya korban di kalangan kaum muslimin namun karena ketidakdisiplinan prajurit Islam sendiri. Konon, prajurit pemanah yang berjaga di punggung gunung sekonyong-konyong meninggalkan pos mereka.
Mereka tergiur harta benda yang ditinggalkan begitu saja oleh pihak musuh. Dengan begitu, ketika prajurit Islam yang serakah tersebut sedang mengambil harta benda di kaki Gunung Uhud seketika itu pula disergap musuh.
Maka terjadilah malapetaka yang sangat menyakitkan itu. Hamzah bin Abdul Muthalib, panglima perang sekaligus paman Rasulullah SAW terbunuh ditombak dari belakang oleh Wahsyi, budak milik Muth’im bin Jubair.
Dalam suatu riwayat dikemukakan, pada peperangan di Gunung Uhud itu, gugur 64 orang dari kalangan Anshar dan enam orang dari kalangan Muhajirin termasuk Hamzah. Semua prajurit Islam itu anggota tubuhnya dikoyak-koyak dengan kejam.
Bahkan, ketika Hindun bin Uthbah (istri Abu Sufyan bin Harb) melihat jasad Hamzah yang sudah tidak bernyawa, dihampirinya dengan penuh kebencian. Lalu, dia belah dadanya. Dia keluarkan jantungnya. Dia mengunyahnya, dan menelannya. Biadab!
Maka berkatalah kaum Anshar, “Jika kami mendapat kemenangan, kami akan berbuat lebih dari apa yang mereka lakukan.” (HR At-Tirmidzi dari Ubay bin Ka’ab).
Dalam riwayat lain, ketika Rasulullah berdiri SAW di hadapan jenazah Hamzah beliau berkata, “Aku akan bunuh 70 orang dari mereka sebagaimana mereka lakukan terhadap dirimu.” (HR Al-Hakim dan Al-Baihaqi dalam Kitab Ad-Dalail dan Al-Bazzar dari Abu Hurairah).
Apa yang diungkapkan kaum Anshar dan Rasulullah SAW menyiratkan keinginan membalas dendam. Mereka saat itu beranggapan, yang dilakukan musuh telah melampaui batas peri kemanusiaan. Maka menurut mereka sepantasnya dibalas dengan balasan yang setimpal.
Allah SWT berfirman, “Dan jika kamu memberikan balasan, maka balaslah dengan balasan yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu. Akan tetapi jika kamu bersabar, sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang sabar. Bersabarlah (hai Muhammad) dan tiadalah kesabaranmu itu melainkan dengan pertolongan Allah dan janganlah kamu bersedih hati terhadap (kekafiran) mereka dan janganlah kamu bersempit dada terhadap apa yang mereka tipu dayakan. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan.” (QS An-Nahl [16] : 126 -128).
Menurut Ibnu Hishar ayat-ayat tersebut diturunkan hingga tiga kali. Mula-mula diturunkan di Makkah, lalu di Gunung Uhud, selanjutnya saat Fathu Makkah. Kandungan ayat itu juga sangat menarik. Dalam keadaan sesulit apapun, kaum muslimin diajarkan untuk bersabar.
Dalam situasi seperti itu, bersabar akan terasa sangat berat. Namun, Allah SWT menjanjikan pertolongan. Dalam ayat lain ditegaskan pertolongan Allah itu dekat. Karena itu, tidak perlu bersedih hati dan tidak perlu bersempit dada.
01.50 | Posted in Dunia Islam, Topik Pilihan | Read More »
Mujaddid
Berita-berita buruk itu berseliweran, seperti anak-anak panah yang menghujam. Nafaspun tersengal karena kesal sekaligus sebal.
Teringat sebuah hadis. Perbuatan dosa mengakibatkan sial terhadap orang yang bukan pelakunya. Kalau dia mencelanya maka bisa terkena ujian (cobaan). Kalau menggunjingnya dia berdosa dan kalau dia menyetujuinya maka seolah-olah dia ikut melakukannya. (HR Ad-Dailami).
Kasus sodomi, korupsi, tawuran, penipuan, video mesum, aliran sesat, gas langka, listrik padam, bakso daging celeng, dan sebagainya. Susul-menyusul seperti balap motor GP.
Berita Pilpres pun tidak lagi menjadi pemuas dahaga. Sibuknya partai berkoalisi dan bersinergi seperti yang hanya untuk tujuan bagi-bagi kursi.
Banyak orang berdiskusi tentang datangnya ratu adil. Jika kita telaah ratu adil merupakan mitologi yang mengatakan, akan datang seorang pemimpin yang menjadi penyelamat.
Pertanda kedatangan ratu adil adalah adanya kemelut sosial, malapetaka alam, dan sebagainya. Mungkin boleh jadi Prabu Jayabaya mendengar hadis tentang Imam Mahdi karena Prabu Jayabaya hidup pada masa antara tahun 1135 dan 1157 M, sedangkan jauh sebelum itu Rasulullah SAW lahir tahun 570 atau 571 M.
Rasulullah SAW bersabda, “Andai tak tersisa lagi di dunia kecuali satu hari yang Allah panjangkan hari itu sehingga akan muncul seorang laki-laki dari keturunanku atau dari ahli baitku, yang namanya sama dengan namaku, nama ayahnya sama dengan nama ayahku, (saat itu) bumi dipenuhi kejujuran dan keadilan sebagaimana sebelumnya yang diliputi kelaliman dan kezhaliman.” (HR At-Tirmidzi, Abu Dawud, dan Ahmad).
Akankah sistem pemilihan negara kita melahirkan pemimpin? Ulil amri yang sebenarnya? Jika dipikir secara logis banyak yang pesimistis. Tapi untuk itulah ada iman. Dengan pendekatan iman selalu hadir rasa optimistis.
Dari Abu Hurairah, mengatakan Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah mengutus pada umat ini di setiap awal 100 tahun seorang mujaddid yang akan memperbaharui urusan (membawa kegemilangan) agama mereka. ” (HR Abu Daud).
Ah, jika negara ini sudah berumur 69 tahun, berarti dahulu bapak-bapak pendiri bangsa ini berumur sekitar 30-an. Artinya sudah saatnya sekarang siklus 100 tahunan.
Semoga hitungan ngawur sejadinya ini bisa dikabulkan Allah SWT. Ya Rabb hadirkanlah seorang pemimpin, ulil amri, ratu adil, mujaddid hari ini.
Perbaikilah kehidupan kami, kehidupan bangsa, dan negara kami. Salehkanlah presiden dan wakil presiden terpilih kami nanti, salehkan juga kami rakyatnya.
Tidaklah lebih baik dari yang berbicara ataupun yang mendengarkan, karena yang lebih baik di sisi Allah adalah yang mengamalkannya.
01.48 | Posted in Dunia Islam, Topik Pilihan | Read More »
Pulau-Pulau Kecil Indonesia Terancam Lenyap
01.45 | Posted in Indecs Foto, Nasional | Read More »
Jebakan Istilah Lulus
IndecsOnline--Cermati ekspresi siswa Indonesia ketika dinyatakan lulus, hampir tak pernah seragam. Hal yang amat kontras dengan sistem evaluasi Ujian Nasional (UN) yang wajib di-SERAGAM-kan. Ada siswa yang bersujud syukur karena lulus. Meski dilarang, aksi corat-coret seragam masih jua terjadi. Yang terkini, joged bersama di jalanan. Yuk ‘joged lulus’, goyang. Tepok jidat deh.
Kata lulus jelas punya makna, tersurat maupun tersirat. Makna itu bisa dipahami karena usaha berpikir seseorang. Hasil pemikiran bisa lahir karena baca buku, diskusi dengan orang lain, atau percaya begitu saja apa kata orang. Ekspresi sikap saat lulus, itulah wujud hasil berpikir siswa dalam memaknai kata ‘lulus’.
Cara sekolah mendidik turut mempengaruhi gaya berpikir dan bersikap siswa dalam menyikapi sesuatu. Inilah persoalan utamanya, mengapa sekolah tak berhasil mendidik anak-anaknya untuk bersikap baik ketimbang berperilaku urakan dalam merayakan kelulusan? Mengapa perilaku baik siswa tak bisa diseragamkan saat pengumuman kelulusan?.
Memang banyak siswa bisa lulus ujian. Tapi berapa banyak siswa yang bisa menggunakan kelulusannya dengan baik? Banyak siswa keliru memahami makna lulus, maka apa yang telah diajarkan di sekolah? Sudah selesaikah tugas mendidik siswa setelah mereka lulus?
Jika siswa Indonesia lulus UN, kita boleh senang tapi tak boleh sombong. Apalagi terbuai indahnya kata ‘lulus’. UN itu baru menguji kadar pengetahuan siswa. Sesuatu yang mudah dihitung, terukur, tapi belum tentu berharga bagi masa depan siswa.
Persoalan mendasar pendidikan kita adalah tak bisa bedakan makna mengajar dan mendidik. Mengajar itu transfer pengetahuan. Mendidik bicara soal proses berbudi pekerti, latihan tiada henti untuk membenahi perilaku.
Lulus UN itu baru sebatas bicara potret keberhasilan mengajar. Yang entah apakah cara mengajar guru berbanding lurus dengan hasil UN atau sebaliknya. Pemerintah tak pernah ungkap jelas soal yang satu ini. Yang sudah dilakukan, nama-nama siswa yang bertengger di urutan 20 – 25 peraih nilai UN tertinggi dipublikasikan di media cetak.
Untuk apa dan untuk siapa data itu? Mengapa tak sekalian disampaikan ke publik nama-nama pejabat publik, oknum kepala sekolah, oknum guru, dan semua yang terlibat kecurangan UN? Biar top markotop datanya.
Dunia adalah sarana bagi manusia melewati babak perjalanan hidup. Sesekali penuh intrik. Tak jarang banyak episode senda gurau. Simak hal unik dan menarik dari fenomena UN. Ada siswa mengulang 3 kali ikut UN karena bercita-cita ingin lulus dengan cara jujur. Sang juara kelas bisa tak lulus UN. Yang bunuh diri karena tak siap menghadapi kenyataan tak lulus UN juga masih ada saja. Bisakah pengambil kebijakan kita berpikir?
Jujur sesungguhnya normatif, tak istimewa-istimewa amat. Namun jujur terlanjur jadi barang langka hingga amat luar biasa di Indonesia. Dalam masyarakat sakit, yang korupsinya akut, siswa jujur dianggap sakit, aneh, dan pandir sekali.
Tapi lihat siswa yang berjoged-joged ria, ugal-ugalan di jalan, corat-coret seragam, meski lulus pun, kita terkesiap, mau jadi apa mereka? Apalagi jika lulus dengan culas, apa yang bisa diharap dari generasi seperti ini? Apakah perilaku mereka hasil pendidikan kita selama ini?
Jika kata ‘lulus’ kita umpamakan bermakna sukses, maka proses berjalan tak bisa dikatakan sukses. Karena sejatinya lulus ujian di bangku sekolah adalah sebuah proses perjalanan. Setelah lulus SD, ada ujian di SMP. Setelah ujian SMP dilewati, ujian di SMA siap menghadang, dan seterusnya. Permainan belum benar-benar berakhir.
Pun ketika kita sudah lulus meraih gelar doktor, misalnya, apakah kita sudah benar-benar lulus? Jika pun terpaksa kita katakan lulus adalah sukses, maka hakikatnya itulah kesuksesan semu yang bersifat sementara. Dan hal itu kelak akan dimintai pertanggungjawaban, beranikah katakan lulus?
Karena kehidupan terus berjalan, maka mampukah kita bisa lulus dengan predikat baik atau buruk saat kita wafat? Itulah yang jadi misteri dan tak pernah mudah diprediksi. Dan sadarilah, masa depan kita terletak pada akhlak perilaku kita, bukan semata karena kehebatan isi kepala kita, limpahan kekayaan, menterengnya jabatan, dan aspek materi lainnya.
Saya khawatir pelajaran seperti ini lupa diajarkan di keluarga dan sekolah-sekolah kita. Dan pendidikan pun berlangsung tanpa nilai-nilai. Salah satu faktor yang membuat anak-anak kita mudah kehilangan arah dan cenderung tak punya jati diri.
01.35 | Posted in Indecs Foto, Nasional, Pendidikan | Read More »
Jejak Said bin Amir
Bahrus Surur-Iyunk
IndecsOnline--Ketika khalifah Umar bin Khatthab memecat Muawiyah dari jabatannya sebagai gubernur Suriah, ia menoleh ke kiri dan ke kanan mencari seseorang yang akan menjadi penggantinya. Tiba-tiba Umar berseru, “Saya telah menemukannya! Bawa ke sini Said bin Amir!”
Tak lama kemudian datang Said menemui sang Amirul Mukminin yang menawarkan jabatan sebagai wali kota Homs. Said menolak, “Janganlah saya dihadapkan kepada fitnah.”
Dengan nada keras Umar menjawab, “Demi Allah, saya tak hendak melepaskan Anda! Apakah tuan-tuan hendak membebankan amanat dan khilafah di atas pundakku lalu tuan-tuan meninggalkan daku.” Semua terdiam. Senyap. Sejenak, Said dapat diyakinkan.
Said dan istrinya yang pengantin baru itu pun berangkat ke Homs. Suatu ketika, tatkala Khalifah Umar berkunjung ke Homs, beliau mendapat keluhan dari rakyat Homs tentang Said bin Amir. Mereka mengadukan empat hal.
Pertama, “Said baru keluar menemui kami setelah matahari tinggi. Kedua, ia tidak mau melayani seseorang di malam hari. Ketiga, setiap bulan ada dua hari di mana ia tak mau keluar menemui kami. Keempat, sewaktu-waktu ia bisa jatuh pingsan.”
Umar tertunduk dan memohon ampun kepada Allah, kemudian mempersilahkan Said membela diri. Said berkata, “Wahai Khalifah, mengenai tuduhan mereka bahwa saya tak hendak keluar sebelum matahari tinggi, demi Allah, sebetulnya saya tak hendak menyebutkannya. Tapi, karena ini bagian dari pertanggungjawaban saya kepada rakyat yang aku pimpin, maka aku akan menjelaskannya. Keluarga kami tak punya pembantu, maka sayalah yang mengaduk tepung dan membiarkannya sampai mengeram, lalu saya membuat roti dan kemudian wudlu untuk shalat dluha. Setelah itu barulah saya keluar menemui mereka.’’
‘’Tuduhan bahwa saya tak mau melayani mereka di waktu malam, maka, demi Allah, saya benci menyebutkan sebabnya. Seharian saya sediakan waktu bagi mereka, dan malam harinya saya ingin peruntukkan kepada Allah. Sedang ucapan mereka bahwa dua hari setiap bulan di mana saya tidak menemui mereka, maka sebagaimana saya katakan tadi, saya tak punya banyak pakaian untuk dipergantikan, maka terpaksalah saya mencucinya dan menunggu sampai kering, hingga baru dapat keluar di waktu petang.”
Said kemudian melanjutkan penjelasannya.’’Mengenai keluhan, saya sewaktu-waktu jatuh pingsan, karena ketika di Makkah dulu saya telah menyaksikan jatuh tersungkurnya Khubaib Al-Anshari yang tubuhnya dipotong-potong oleh orang Quraisy. Lalu, mereka membawanya dengan tandu sambil menanyakan kepadanya, “Maukah tempatmu ini diisi oleh Muhammad sebagai gantimu, sedang kamu berada dalam keadaan sehat walafiat?”
Dalam deraan siksaan yang keji, Khubaib menjawab, “Demi Allah, saya tak ingin berada dalam lingkungan anak istriku diliputi keselamatan dan kesenangan dunia, sementara Rasulullah SAW ditimpa bencana, walau oleh hanya tusukan duri sekalipun.”
Menurut Said, setiap terkenang peristiwa itu, tubuhnya gemetar karena takut akan siksa Allah, hingga ditimpa penyakit yang mereka katakan. Mendengar jawaban itu, Umar terharu dan meneteskan air mata, lalu dirangkul dan dipeluknya Said, serta diciumlah keningnya. Subhanallah.
Dari kisah ini orang mungkin akan bertanya, masih adakah pejabat dan pemangku kekuasaan seperti Said bin Amir? Di tengah realitas politik-kekuasaan negeri ini yang cenderung negatif, sosok keteladanan Said menjadi penting untuk direnungkan.
Bagai oase di tengah padang pasir, nilai-nilai kesederhanaan dan dedikasi kerakyatan bisa menjadi penyejuk. Sekaligus kritik atas situasi politik dan pejabat yang hedonis. Kisah Said hendak mengingatkan kembali betapa kekuasaan hanyalah salah satu jalan untuk beribadah.
Dimensi ruhaniah kekuasaan, kata Cak Nurcholis Madjid (1998), tidak senantiasa sejajar, apalagi identik, dengan bentuk-bentuk pemenuhan persyaratan lahiriah. Hal mana membuatnya semakin sulit dilihat dan diukur dari luar.
Karenanya, banyak penampilan lahiriah atau formal-simbolik yang bahkan mengecoh banyak orang. Sampai akhirnya terbukti tidak memiliki arti apa-apa dan semuanya menjadi kecewa. Semoga kita menemukan pemimpin yang memiliki ruhaniah kekuasaan. Amien.
sumber: republika.co.id
01.33 | Posted in Dunia Islam, Inspirasi, slider | Read More »
Anggito: Bersih-bersih di Kemenag Tak Bisa Cepat
JAKARTA--Ditjen Penyelenggaraan Haji dan Umroh (PHU) Anggito Abimanyu mengaku pihaknya juga ingin melakukan "bersih-bersih" di Kementerian Agama (Kemenag), tetapi tidak bisa dilakukan cepat karena kementerian itu masih menyimpan beban masa lalu.
Kendati demikian, pihaknya sangat proaktif dengan pemberantasan korupsi, kata Anggito Abimanyu ketika menerima perwakilan pengunjuk rasa Dewan Pimpinan Pusat Laskar Antikorupsi Pejuang 45 (DPP LAKI Pejuang 45) di Lantai II Kementerian Agama, Jakarta, Kamis.
Sebelumnya Sekretaris Jenderal LAKI P 45 H.M. Hasbi Ibrohim menyampaikan keperihatinnya terhadap pernyataan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Abraham Samad yang menyebut ada pejabat tinggi dari kementerian itu bakal dijadikan tersangka pada pekan ini. Terkait dengan itu, Hasbi minta agar Anggito menjelaskan duduk persoalan pengelolaan dana haji sehingga publik mendapat gambaran secara utuh.
Jika pernyataan Abraham keliru, maka bisa jadi hal itu merupakan muatan politik. Tetapi jika Anggito benar, tentu publik akan memberikan dukungan, kata Hasbi yang ditemani empat rekannya.
Hasbi saat menjumpai Anggito mengenakan pakaian ihrom dan seorang rekannya mengenakan pakaian jubah gaya Timur Tengah. Saat itu Anggito didampingi Kepala Pusat Informasi dan Humas Zubaidi dan Sekditjen PHU Hasan Fauzi.
Anggito menyampaikan terima kasih atas dukungan moril yang disampaikan Hasbi. Pihaknya juga menyambut baik upaya KPK untuk membersihkan kementerian itu dari korupsi. Dari jajaran PHU, lanjut dia, selalu proaktif ketika dipanggil KPK. Ketika KPK menyelidiki kasus ini, sudah separuh dari jajaran diperiksa.
Ia melanjutkan pihaknya ingin bersih dari perbuatan korupsi. Mau bersih sekaligus tentu sulit karena masih ada beban masa lalu seperti penggunaan aset yang masih harus diklarifikasi. Karena itu, perlu dilakukan perlahan-lahan dan kehati-hatian.
Mengelola dana haji, kata Ditjen PHU itu, banyak fitnahnya. Karena itu, kini pihaknya tengah berupaya agar pengelolaan dana haji memiliki payung hukum. Yaitu UU keuangan haji.
Ke depan, pengelolaan dana haji terpisah dari Kemenag. Ini dimaksudkan untuk mengurangi beban di kementerian tersebut. Sebab, tidak ada satu kementerian pun di negeri ini yang mengelola uang demikian besar kecuali di Kemenag.
"Korupsi di Kemenag satu rupiah bakal dapat sorotanj publik. Berbeda dengan kementerian lain. Ini bukan pembelaan diri," ia menjelaskan.
Untuk itu ia berharap KPK dapat objektif. Sementara Kementerian Agama proaktif. Kemenag, dalam hal ini untuk pengelolaan dana haji, selalu mengikuti prosedur. Semua pengadaan melalui lelang terbuka. "Beri kami waktu untuk bersih-bersih," ia menegaskan.
Sebelumnya Zubaidi menjelaskan, Kemenag tak henti-hentinya berupaya menjadi yang terbaik sebagai penjaga moral. Namun di sisi lain harus dipahami bahwa ibarat gerbong yang panjang, untuk mencapai yang terbaik itu berjalan terseok. Tentu sebagai manusia memiliki kelemahan.
Terkait dengan KPK, ia menjelaskan, pihaknya selalu kooperatif. Tidak satu pun pegawai yang mangkir ketika dipanggil KPK. Namun ia berharap dalam memerangi korupsi tetap memperhatikan asas praduga tak bersalah. Kementerian Agama selalu tegas terhadap pegawai yang berbuat salah. Namun ketika menyangkut pidana, ada ranah hukum sebagai penyelesaiannya.
SUMBER; REPUBLIKA.CO.ID
00.01 | Posted in Indecs Foto, Nasional, Politik | Read More »
Bisnis Politik di Tahun Ini
23.58 | Posted in Gagasan, Indecs Foto, Politik | Read More »
HMI Lumajang Desak Abraham Samad Mundur
LUMAJANG- Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Lumajang mendesak Ketua Komisi Pemberantasan (KPK), Abraham Samad mundur dan turun dari jabatannya. Pasalnya, pengungkapan kasus korupsi yang tangani KPK kian tumpul.
HMI mengelar aksi di perempatan tugu Adipura Jl. Panglima Sudirman dengan membawa keranda dan uang main diduga hasil korupsi, Rabu(21/5/2014).
"Turunkan Abraham Samad, Dia gagal memberantas korupsi," teriak Rio Ambara, orator aksi.
Menurut dia, kasus korupsi sejak era Reformasi masih belum banyak terungkap. KPK jangan sampai lupa dengan kasus korupsi yang sudah dilaporkan publik. "Korupsi sudah mewabah, Abraham samad harus mundur," pekiknya.
Tuntutan Mahasiswa yakni, Pengungkapan kasus penculikan aktivis 98, Kasus Bank Century. Kasus BLBI, Kasus Hambalang, Kasus Cek Pelawat Senior BI, Kasus korusp Edy Tansil dan turunkan ketua KPK Abraham Samad. "Siapapun presiden RI selanjutnya, pemberantasan korupsi harus dilakukan," ujar Rio.
SUMBER; BERITAJATIM.COM
23.54 | Posted in Indecs Foto, Politik | Read More »