Tekstil Indonesia Kalah Jauh Dari China
BANDUNG - Sekjen Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Jabar, Kevin Hartanto, menyatakan pangsa pasar industri tekstil dan produk tekstil (TPT) Indonesia untuk dunia sangat kecil.
"Market share TPT Indonesia hanya dua persen dari pasar tekstil dunia," ujarnya ketika dikonfirmasi Tribun melalui ponselnya, Selasa (17/12/2013) sore.
Menurutnya, angka itu sangat kecil dibandingkan market share TPT Cina. "Dari segi perbandingan kapasitas produksi dengan Cina saja kita kalah sangat jauh, satu berbanding 20 sampai 25," kata Kevin.
Bahkan, hanya 40 persen pasar domestik yang menyerap TPT produsen kecil nasional. Menurutnya, di masa lalu TPT nasional 70 persen terserap pasar domestik. "Akhir-akhir ini cenderung menurun seiring impor TPT yang terus meningkat," ujarnya.
Kevin mengatakan kondisi itu semakin parah karena produktivitas dan daya saing TPT tanah air sekian melemah dibanding negara-negara tetangga. "Dari segi upah pekerja, Indonesia termasuk tinggi. Belum lagi faktor kenaikan listrik dan suku bunga," kata Kevin.
Namun, ucapnya, industri TPT tanah air masih berpotensi berkembang. Ia mengatakan selama ini industri TPT Indonesia, termasuk Jabar, identik dengan pakaian. Padahal, industri TPT bisa juga untuk produksi tisu basah, masker, hingga jok mobil.
Menurutnya, harapan itu semakin besar setelah API bergabung dengan Asia Non-woven Fabrics Association (ANFA) melalui pembentukan ANFA Indonesia di Bandung Convention Center (BCC), Jalan Soekarno-Hatta, Bandung, Selasa (17/12).
Para pengusaha tanah air, khususnya pengusaha asal Jabar, berkesempatan untuk saling bertukar informasi serta berbagi teknologi dengan pengusaha dari negara lain. "Kita perlu belajar terutama mengenai industri TPT selain pakaian," katanya.
Selain itu, kehadiran ANFA diharapkan mampu membantu meningkatkan daya saing TPT lokal dengan produk TPT internasional di masa mendatang. (Tribunnews.com)
![](https://lh4.googleusercontent.com/-uA5WeOHlr8c/UDhfGlodu8I/AAAAAAAAAFE/EXdyfGNIdN4/s146/indecsonline.png)